Mengapa Anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) Menolak untuk Bersekolah?
Pernahkah Anda, sebagai orangtua atau pendidik, menghadapi situasi di mana seorang anak dengan autism spectrum disorder (ASD) menolak untuk pergi ke sekolah? Ini adalah masalah yang sering dihadapi oleh banyak keluarga dan pendidik yang merawat anak-anak dengan ASD. Beberapa kasus menggambarkan anak-anak ASD yang awalnya tampil baik di kelas satu dan dua, namun ketika memasuki kelas tiga, mereka mulai menunjukkan ketidakminatan dan lebih sering menolak bersekolah. Mengapa hal ini terjadi? Apa penyebab di balik perilaku menolak bersekolah pada anak-anak ASD?
Studi yang dilakukan oleh Munkhaugen dan rekan-rekan pada tahun 2017 mengeksplorasi fenomena ini. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa anak-anak ASD yang cenderung menolak untuk bersekolah memiliki beberapa karakteristik khusus. Salah satu karakteristik utama adalah motivasi sosial yang rendah. Ini berarti bahwa anak-anak ASD tersebut mungkin memiliki kesulitan dalam berinteraksi sosial dan merasa tidak nyaman di lingkungan sekolah yang penuh dengan interaksi sosial.
Selain itu, anak-anak ASD yang menolak bersekolah juga sering mengalami defisit dalam memulai tugas atau aktivitas. Mereka mungkin kesulitan untuk memulai pekerjaan sekolah atau aktivitas lainnya, yang dapat menyebabkan frustrasi dan ketidaknyamanan. Selain itu, mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam menghasilkan ide, tanggapan, atau strategi pemecahan masalah. Hal ini dapat membuat mereka merasa cemas dan stres ketika dihadapkan pada tugas-tugas sekolah yang menuntut pemikiran kreatif dan strategi pemecahan masalah.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa sebagian besar anak-anak ASD yang menolak untuk bersekolah melakukannya karena motivasi sosial yang rendah dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas sekolah. Ini adalah wujud dari ketidaknyamanan dan ketidakmampuan mereka dalam mengatasi lingkungan sekolah yang seringkali menuntut kemampuan sosial dan kognitif yang tinggi.
Dalam menghadapi situasi ini, orangtua dan pendidik memiliki peran yang sangat penting. Pertama-tama, penting untuk memahami kondisi khusus anak dengan ASD. Ini berarti tidak memaksakan mereka untuk menguasai materi yang mungkin belum sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif mereka. Perhatikan bahwa setiap anak dengan ASD memiliki kebutuhan dan tingkat perkembangan yang berbeda.
Selanjutnya, evaluasilah metode pengajaran yang digunakan. Mungkin metode pengajaran konvensional tidak efektif bagi anak-anak dengan ASD. Dalam hal ini, perlu adanya perlakukan khusus yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini bisa berarti mengadopsi metode pengajaran yang lebih interaktif, visual, atau sesuai dengan preferensi belajar individu anak.
Penting untuk memahami bahwa jika seorang anak dengan ASD tidak dapat belajar dengan cara tradisional, itu tidak berarti mereka tidak dapat belajar sama sekali. Sebaliknya, kita sebagai pendidik dan orangtua harus bersedia untuk mengajarkan mereka dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka. Seperti yang dikatakan oleh Ivar Lovaas, "Jika anak tidak dapat belajar dengan cara kita, maka kita harus mengajarkan mereka dengan cara mereka belajar."
Dalam menghadapi masalah anak ASD yang menolak bersekolah, penting untuk menggali dan memahami alasan di balik perilaku tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang motivasi sosial yang rendah dan kesulitan dalam memulai tugas atau aktivitas, kita dapat memberikan intervensi yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak dengan ASD. Ini akan membantu mereka merasa lebih nyaman di lingkungan sekolah dan memungkinkan mereka untuk meraih potensi mereka secara maksimal.