Privat vs Publik: Bagaimana Mengajarkan Batasan pada Anak dengan Autisme

Dalam perkembangan sosial anak, memahami perbedaan antara ruang privat dan publik merupakan keterampilan yang penting. Anak dengan autisme sering kali mengalami kesulitan dalam memahami konsep ini karena mereka memiliki pola pikir yang lebih literal dan kadang kurang memahami norma sosial secara alami. Tanpa pemahaman yang jelas tentang batasan ini, mereka mungkin menunjukkan perilaku yang tidak sesuai di tempat umum atau membagikan informasi pribadi secara tidak tepat.

Oleh karena itu, pengajaran tentang konsep privat dan publik harus dilakukan secara sistematis dengan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan anak dengan autisme. Dalam artikel ini, akan dibahas strategi efektif untuk mengajarkan batasan privat dan publik kepada anak dengan autisme agar mereka dapat beradaptasi lebih baik dalam lingkungan sosial.

Konsep Privat dan Publik dalam Kehidupan Mereka

1. Pengertian Privat dan Publik

  • Privat: Merupakan segala sesuatu yang bersifat pribadi dan tidak untuk dibagikan atau dilakukan di hadapan banyak orang. Contohnya termasuk kegiatan seperti mengganti pakaian, pergi ke toilet, dan berbicara tentang perasaan atau informasi keluarga.

  • Publik: Merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan atau dibagikan kepada orang lain di tempat umum. Misalnya, berbicara dengan teman di sekolah, bermain di taman, atau berbagi pengalaman umum.

Bagi anak dengan autisme, memahami batasan ini dapat menjadi tantangan karena mereka cenderung memiliki pemikiran yang konkret dan bisa mengalami kesulitan dalam memahami norma sosial yang abstrak. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan batasan dengan cara yang jelas dan konsisten.

Mengapa Anak dengan Autisme Kesulitan dalam Memahami Batasan Privat dan Publik?

Beberapa faktor yang menyebabkan anak dengan autisme kesulitan dalam membedakan privat dan publik meliputi:

  • Pemahaman Sosial yang Berbeda: Anak dengan autisme mungkin tidak secara alami menyadari norma sosial yang mengatur perilaku publik dan privat.

  • Kurangnya Perspektif Sosial: Mereka mungkin kesulitan memahami bagaimana orang lain melihat tindakan mereka.

  • Kebiasaan Stimming atau Perilaku Repetitif: Beberapa anak dengan autisme melakukan perilaku tertentu yang mungkin lebih sesuai di tempat privat, tetapi mereka tidak menyadari bahwa perilaku tersebut kurang pantas dilakukan di ruang publik.

  • Kesulitan dalam Menyaring Informasi: Anak dengan autisme bisa saja membagikan informasi pribadi kepada orang yang tidak seharusnya, seperti berbicara tentang masalah keluarga kepada orang asing.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua ataupun pendamping untuk mengajarkan batasan ini secara eksplisit dengan metode yang efektif.

Strategi Efektif dalam Mengajarkan Batasan Privat dan Publik

1. Menggunakan Visual Cues dan Social Stories

Anak dengan autisme lebih mudah memahami informasi melalui gambar dan cerita. Dengan menggunakan papan visual atau social stories, kita bisa menjelaskan kapan dan di mana suatu perilaku boleh dilakukan. Misalnya:

  • Menunjukkan gambar kamar mandi sebagai ruang privat di mana anak bisa mengganti pakaian.

  • Menunjukkan gambar taman bermain sebagai ruang publik di mana mereka bisa berbicara dan bermain dengan teman.

Social stories dapat membantu anak memahami skenario sosial yang berbeda dan memberikan contoh yang jelas tentang perilaku yang sesuai.

2. Memberikan Aturan yang Jelas dan Konsisten

Aturan yang jelas harus diterapkan untuk membantu anak memahami batasan. Contoh aturan yang bisa diterapkan:

  • “Baju hanya diganti di kamar tidur atau kamar mandi.”

  • “Tidak sesuai jika berbicara terlalu keras di perpustakaan atau ruang kelas.”

  • “Hal-hal pribadi, seperti masalah keluarga atau tubuh, hanya pantas dibicarakan dengan orang tua.”

Aturan ini harus dijelaskan dengan bahasa sederhana dan diulang secara konsisten.

3. Melatih dengan Simulasi dan Role-Playing

Simulasi atau bermain peran adalah cara yang efektif untuk melatih anak dalam memahami perbedaan antara privat dan publik. Misalnya:

  • Bermain peran di rumah tentang bagaimana berbicara dengan teman di sekolah.

  • Mensimulasikan situasi di mana anak perlu meminta izin sebelum membagikan sesuatu kepada orang lain.

Dengan berlatih dalam situasi yang aman dan terkendali, anak dapat memahami bagaimana menerapkan batasan ini dalam kehidupan nyata.

4. Menggunakan Penguatan Positif

Ketika anak berhasil menerapkan batasan privat dan publik dengan benar, berikan pujian atau hadiah kecil sebagai bentuk penguatan positif. Misalnya:

  • Jika anak berhasil tidak berbicara tentang hal pribadi di tempat umum, berikan stiker atau waktu ekstra bermain sebagai hadiah.

  • Berikan pujian verbal seperti, “Bagus sekali! Kamu sudah berbicara dengan suara pelan di perpustakaan.”

Penguatan positif membantu memperkuat perilaku yang diinginkan dan mendorong anak untuk mengulanginya.

5. Mengajarkan dengan Situasi Nyata

Memberikan contoh langsung di situasi nyata juga penting. Beberapa cara yang bisa dilakukan:

  • Saat berada di tempat umum, beri arahan langsung seperti, “Di sini kita harus bicara pelan.”

  • Jika anak mulai berbicara tentang topik pribadi kepada orang asing, bimbing dengan mengatakan, “Kita bisa membicarakannya nanti di rumah.”

Latihan di situasi nyata membantu anak menghubungkan konsep yang dipelajari dengan dunia sekitar mereka.

Kesimpulan

Mengajarkan batasan antara privat dan publik kepada anak dengan autisme membutuhkan pendekatan yang sistematis dan konsisten. Dengan menggunakan visual cues, aturan yang jelas, simulasi, penguatan positif, dan latihan dalam situasi nyata, anak dapat lebih memahami norma sosial yang berlaku.

Pemahaman tentang privat dan publik tidak hanya membantu anak dalam berperilaku sesuai dengan lingkungan sosial, tetapi juga melindungi mereka dari risiko berbagi informasi yang tidak seharusnya atau melakukan tindakan yang kurang pantas di tempat umum. Dengan edukasi yang tepat, anak dengan autisme dapat belajar memahami dunia di sekitarnya dengan lebih baik dan membangun interaksi sosial yang lebih positif.

Sebagai orang tua, guru, atau terapis, kita memiliki peran penting dalam membimbing mereka melalui proses ini agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik dalam lingkungan sosial mereka.


image
image